“Ketika seorang koki ingin menyajikan sebuah masakan pastilah dia akan memilih untuk menampilkan semua bumbu dan bahan-bahan yang terbaik untuk mendapatkan cita rasa yang sangat luar biasa, jadi para pemirsa harus senantiasa melakukan hal itu jika ingin memasak. Oke kalau begitu, kita akan jumpa lagi minggu depan untuk resep yang lain. Salam kuliner, pokoe nyamleng”

Segera aku mengambil remote dan mematikan acara kuliner itu, sembari merebahkan diri ini dikursi kemalasan, sebuah kursi yang aku namakan kemalasan karena jika sedang malas ataupun sedang banyak pikiran aku selalu duduk dikursi itu untuk beberapa saat lamanya. Kulihat gelas merah itu pun telah kosong, hanya menyisakan ampas dari kopi yang aku bikin semalam. Kuberdiri sejenak untuk meluruskan semua badan ini, terdengar bunyi tulang yang saling berdentuman dan berbunyi dengan indahnya.

Masih saja dengan sedikit rasa malas ini, ku segera menambahkan air panas kedalam gelas merah itu, warna keruh pun segera menggumpal bercampur dengan air panas dari dispenser. Masih wangi pikirku, jadi tidak ada salahnya jika aku kembali minum kopi ini. Aku tidak bisa berpikir, kenapa dan kenapa, kenapa pagi itu ada resep dengan rasa yang sempurna.

Ahh istilah ini kenapa pas sekali dalam hidupku, istilah yang aku dapatkan dari seorang chef di televisi dan kenapa semua itu bisa pas, pas aku mengalami dan pas pada saat itu pula aku mendapatkan istilah ini. Ya, sebuah rasa yang sempurna.

Kembali aku tertegun untuk sementara waktu, kukembali menerawang akan masa itu, aku mencoba untuk tidak menyalahkannya yang tidak mengenalkan ku kepadanya tempo waktu itu. Walaupun dalam teleponku aku kadang melontarkan nada2 protes kepadanya dan itu aku lakukan lebih dari 10x.

Why…You don’t introduce her to me when you are in one team with her?”

And that thing always there, when I call her. In every time a get a chance I always ask this matter.

Semua ini sangatlah berbeda dan sangat teramat spesial. Walaupun aku tahu bahwa semua itu akan sangat menjadi begitu dilematis. Ketika semua menjadi sangat sangat berarti, dan aku tidak akan pernah bisa melepaskan hal itu, akan aku simpan semuanya erat dalam ruang kalbuku. Jikalau aku boleh mengaku, maka aku akan bilang bahwa hal ini merupakan hal pertama dalam hidupku. Sebuah susunan kata-kata yang akan merangkai sebuah indahya kalimat dan kemudian akan dirangkai dalam sebuah cerita sederhana, namun akan mempunyai makna yang sangat dalam hidup, terutama bagi mereka yang menjalani nya.

Masih dengan terbalut rasa sempurna dari chef masak pagi itu, aku pun semakin larut dengan semua mimpi ini. Kuambil handphone ku dan segera aku memutar lagu nya David cook, semakin membuatku larut dalam semuanya. Ku ingat waktu itu aku sedang dalam perjalanan menuju ke Yokohama, ketika telephone itu untuk pertama kalinya bergetar, kebetulan pesawat yang akan membawaku masih berada entah dimana dan masih cukuplah waktu untuk sekedar bercakap.

“…halo…akhirnya telephone juga ya..ini sayah masih ada di Indonesia untungnya, jadi masih murahlah untuk bisa bergosip ria mba..hehehehe..”

“ah mas, ini bisa saja, ini sayah juga baru sampai di rumah je, jadi baru bisa telpone njenengan.”


Itulah awalnya dan semuanya mengalir dengan sangat indahnya, mengalir dengan diiringi sebuah nada-nada yang begitu sendu dan membentuk rangkaian lagu yang sangat menggugah hati. Semuanya berlangsung dengan sangat cepat dan semuanya sangatlah nyata. Semua ini menggugah rasa membangkitkan sebuah semangat untuk semakin menyalakan pijar itu.

Sudah hampir 2 bulan ini aku berada di Jepang, tepatnya di Yokohama, dan saat ini udara Yokohama berada di titik dingin yang menggigit tulang, namun dinginnya Yokohama tidak terasa dikarenakan pijar itu semakin lama menyala dan menghangatkan intuisiku. Jilbab abu2 yang engkau kirimkan ke Yokohama ini selalu aku dekap dan selalu menemaniku entah kemana aku pergi, dan aku hanya bisa bilang tiga kata “Aku Sayang Kamu”

~ths, gerimis di mampang prapatan 23 Jan 2011~